Sabtu, 14 Januari 2012

Pancake From Jessica

Ini adalah cerpen pertamaku di blog! Selamat menikmati!
***
TEEEEEEETTT!
"Terima kasih. Silahkan pulang dan selamat menikmati liburan!" Mrs. Aliya mengakhiri pelajaran math yang sungguh memusingkan. Semua bersorak gembira. Jessica, anak tersombong segera membuka tas kecilnya dan mengambil HP Blackberry Javeline-nya. Semua anak menatapnya, lalu mengerumbunginya.
"Waw...berapa harganya, Jes?"
"Pasti belinya mahal!"
"Keren sekali!"
Dan blablabla....Ada dua orang anak yang tidak canggungnya mengabaikannya. Namanya Alice dan Farah.
"Menurutmu, bagaimana kelakuan Jessica seandainya dia tahu dia kelahiran anak Paris dan keturunan Amerika?" sela Alice.
"Kau pasti sudah menebaknya! Sombongnya semakin tinggi! Oh ya...aku ingin melepaskan kesombongannya dari dirinya sendiri," usul Farah. Tiba-tiba, datang Lyzabeth dan Serafine. Mereka berdua adalah musuh pertama Jessica.
"Aku tahu, kalian pasti membicarakan Jessica itu lagi, kan?" tanya Serafine sinis.
"Ya. Ternyata kau pandai juga ya menebaknya," ucap Alice menatap Serafine dan Lyzabeth dalam-dalam. Ini...apakah ini ulahnya Jessica? batin Alice bingung.
"Oh ya?" sela Lyzabeth.
"Ya." jawab Farah.
"Terlambat sekali. Kalian mau mengajak Serafine dan Lyzabeth, bukan? Yah..aku sudah menghipnotis mereka berdua. Jadi kalian mana mungkin bersahabat dengan mereka lagi? Impian kalian sudah hancur, Alice, Farah!" ejek Jessica tiba-tiba.
"Hey!Kamu gak boleh begitu Jessica!" seru Nanda, murid yang hanya menjual kue. Semua orang menyukainya, namun tidak begitu menurut Jessica, Serafine, dan Lyzabeth. Dia membawa nampan berisi kue cupcake cokelat.
"Kamu gak usah ikut campur, Nanda!" seru Jessica sambil mendorong nampan itu. Alhasil, kue-kue yang ada di nampan Nanda pun terjatuh ke taman. Nanda terkejut melihat kue itu sudah terjatuh dan diselimuti tanah. Jessica tersenyum, dia langsung menginjak semua cupcake dan cupcake itu pun hancur. Nanda menangis. "Cuma gitu saja, nangis! Emang enak? Kuemu itu gak enak tau!" dengus Jessica.
"Jes...yang buat kue itu bundanya dan Nanda sendiri! Kamu gak kasihan?" jerit Alice marah.
Serafine pun tersadar bahwa dia di hipnotis. Begitu juga dengan Lyzabeth.
"Tidak! Aku tidak kasihan!" seru Jessica.
"JESSICA!" teriak Serafine marah. Jessica menatapnya. "KAMU MENGHIPNOTIS AKU, YA? HEH? DAN KAMU SUDAH MENJATUHKAN KUE ENAK DARI NANDA!!!"
"Percuma kau bilang begitu, Fine!" ejek Jessica.
Serafine membisiki Lyzabeth. "Aku ke toilet dulu! Kenapa sih kamu, Fine? Bisik ga jelas gitu!" seru Lyzabeth marah, cuma pura-pura saja sih. Dia langsung ke toilet.
"Benar kan kataku. Percuma kamu mengatakan itu kepada Lyzabeth!" jerit Jessica.
"Kami masih ada! Aku, Farah, dan Serafine masih ada! Kamu itu yaaa...!" seru Alice marah.
"Tepat sekali! Kamu sombong banget!" tambah Farah seenaknya.
"OH, YA? ATAU AKU AKAN TUDUH MRS. CA...."
"Cukup Jessica!" tiba-tiba di belakang Jessica ada Mrs. Caron, kepala sekolah, dan Lyzabeth yang memanggil Mrs. Caron. Keringat Jessica mengalir dari dahi ke leher.
"Sekarang Miss tahu, pasti kamu yang menuduh dengan sengaja, kan? Jessica, Nanda, ikut ibu!" ucap Mrs. Caron sambil membelakangi Jessica dan Nanda.
"Aaa...tapii...aku...aku. Aaarrrrggghhh!" dengus Jessica marah.
***
"Terima kasih Nanda sudah menjelaskannya dengan jujur. Jessica, sepertinya kau akan mendapatkan hukuman," jelas Mrs. Caron menatap Jessica tajam.
"Ah?" Jessica kaget. "Tapi, tapi...aku tidak bersalah sepenuhnya! Aku...aku! Oke...apa hukumanku?" kata Jessica menunduk.
"Diskor selama tiga hari," jawab Mrs. Caron.
"Aaa...apa tidak bisa di tawar? Mungkin...uhm...selama dua hari?" seru Jessica kaget kembali.
"Mungkin selama dua hari sudah cukup," ucap Nanda tersenyum plus tersedih.
"Tidak, Nanda. Kau tak usah ikut campur. Ibu sudah menilai kelakuan Jessica dan tidak bisa di tawar lagi," jelas Mrs. Caron.
"Hah? Hiks...hiks...hiks...," ucap Jessica menangis.
"Nanda, silahkan pulang, yaa. Biar Miss mengantar Jessica ke ibunya," kata Mrs. Caron. Nanda mengangguk. "Ayo, Jes."
***
"Jadi, begitulah ceritanya, Kak Devi. Dia melakukan yang sebenarnya tak boleh di lakukan," jelas Mrs. Caron. Jessica menutup mukanya dengan telapak tangannya, lalu menangis.
Kak Devi, ibunya Jessica, menunduk lesu sambil mengangguk-angguk. "Terima kasih, Miss. Saya permisi dulu."
Di rumah Jessica, Kak Devi memarahi Jessica dan mengomel habis-habisan. "KAMU TAU, IBU SAKIT HATI, NAK MELIHAT PERILAKUMU ITU. SEKARANG, COBA MAKAN KUE YANG IBU BELI DI NANDA BAKERY!"
"Hah? Aku harus memakannya? Aku tak mau, Nda!" tolak Jessica sedikit marah "Itu adalah kue kampungan. Pasti Bunda beli di toko kue Nanda, kan? Sangat amatir aku memakannya!" seru Jessica.
Kak Devi menutup mulut Jessica dengan telunjuknya. "Kau tak mau mencoba, kamu akan bunda beri pekerjaan rumah dan tak boleh memasak lagi!"
"Hah? I...iya, deh, Bun!" kata Jessica kesal. Dia memakan. Seulas senyuman terlukis. Jessica sadar, ternyata kue Nanda sangat enak. "Bunda...enak sekali kue ini!"
Kak Devi tersenyum.
***
Setelah beberapa hari, Jessica mengajak Nanda ke taman. "Maafkan aku, Nanda. Aku...aku salah...seharusnya aku tidak menuduhmu. Sebagai permintaan maaf, ini hadiah untukmu...."
Nanda membukanya. "Waw...pancake? Ini adalah kue terbaikku! Terima kasih, Jessica!" ucap Nanda terharu dan langsung memeluk Jessica.
Jessica senang. Akhirnya, dia tahu bahwa dia tidak boleh sombong dan mengejek kekurangan orang lain.
***
Thanks yang udah baca, yaaaa...!

1 komentar: